Jumat, 14 Agustus 2009

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH KEPERAWATAN

Gangguan hubungan sosial adalah keadaan dimana individu kurang berpartisipasi dalam jumlah berlebihan atau hubungan sosial yang tidak efektif (Rawlins, 1993). Sedangkan definisi dari isolasi sosial adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatannya dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.(Carpenito, 1998). Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa individu menarik diri mengalami gangguan dan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,kekecewaan dan kecemasan.

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor predisposisi dari gangguan hubungan sosial adalah : 1) faktor perkembangan dimana setiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan menyebabkan seseorang mempunyai masalah respon sosial yang maladaptif. Untuk faktor perkembangan, setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan baik. Bila tugas perkembangan ini tidak dapat dilalui dengan baik maka akan menghambat tahap perkembangan selanjutnya, 2) faktor genetik dimana salah satu faktor yang menunjang adalah adanya respon sosial yang maladaptif dari orang tua atau garis keturunan diatas, 3) faktor komunikasi dalam keluarga dimana masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontributor untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Masalah komunikasi tersebut antara lain sikap bermusuhan , selalu mengkritik, menyalahkan, kurang kehangatan, kurang memperhatikan anak, emosi yang tinggi. Komunikasi dalam keluarga amatlah penting dengan memberikan pujian,adanya tegur sapa dan komunikasi terbuka . Kurangnya stimulasi, kasih sayang dan perhatian dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan menghambat terbentuknya rasa percaya diri. 4)faktor sosio kultural yaitu norma yang tidak mendukung terhadap pendekatan orang lain atau norma yang salah yang dianut keluarga, seperti anggota keluarga yang gagal diasinglan dari lingkungan sosial.

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam pengalaman dan pola tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga dapat berakibat lanjut terjadinya halusinasi dan gangguan komunikkasi verbal karena klien tidak mau berinteraksi secara verbal dengan orang lain. Halusinasi pada klien dapat menimbulkan resiko mencederai diri dan orang lain apabila halusinasinya menyuruh klien untuk melakukan kekerasan pada diri maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Klien dengan harga diri rendah akan membuat dirinya enggan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Tidak adanya dukungan untuk berinteraksi membuat klien semakin menarik diri dari lingkungannya. Akibat menarik diri, klien akan mengalami halusinasi. Halusinasi pada akhirnya akan menguasai klien, pada tahapan lebih lanjut, sehingga memunculkan resiko kekerasan. Harga diri rendah juga akan menimbulkan koping mekanisme pada klien di mana ia mengkompensasikan perasaannya dengan waham kebesaran untuk mengatasi harga dirinya yang rendah. Waham akan mempengaruhi komunikasi klien dimana setiap berkomunikasi klien selalu terarah pada wahamnya sendiri sehingga terjadi gangguan komunikasi verbal.

Masalah klien yang biasa muncul pada klien menarik diri adalah koping individu tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, harga diri rendah,isolasi sosial menarik diri, resiko tinggi halusinasi,kerusakan interaksi sosial, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri ( Depkes 1995 ). Sedangkan masalah keperawatan yang terjadi pada Tn S adalah : Isolasi sosial menerik diri, harga diri rendah, resiko halusinasi, , koping keluarga tidak efektif : penatalaksanaan regimen teraupeutik in efektif, defisit perawatan diri. .

B. TINDAKAN KEPERAWATAN

Dalam menyusun tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan di atas digunakan beberapa sumber antara lain : Carpenito (1998 ) , Stuart dan Sundeen (1995 ).

ISOLASI SOSIAL

Prinsip tindakan

1. Bina hubungan saling percaya

2. Interaksi sering dan singkat

3. Dengarkan dengan sikap empati

4. Beri umpan balik yang positif

5. Ciptakan suasana yang ramah dan bersahabat

6. Jujur dan menepati semua janji

7. Susun dan tulis daftar kegiatan harian bersama klien sesuai dengan jadwal ruangan, minat serta kemampuan klien

8. Bimbing klien untuk meningkatkan hubungan sosial secara bertahap mulai dari klien-perawat, klien dua orang perawat, klien-dua perawat-dan klien lain, klien dengan kelompok kecil, klien dengan kelompok besar

9. Bimbing klien untuk ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok seperti dalam terapi aktivitas kelompok : sosialisasi

10. Berikan pujian saatklien mampu berinteraksi dengan orang lain

11. Diskusikan dengan keluarga untuk mengaktifkan support system yang ada

12. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti depresan

HARGA DIRI RENDAH

Prinsip Tindakan :

1. Perluas kesadaran klien

- Bina hubungan saling percaya

- Berikan pekerjaan pada klien pada tingkat kemampuan yang dimiliki

Maksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapeutik

2. Dukung ekplorasi diri klien

- Bantu klien untuk menerima perasaan danpikiran- pikirannya

- Bantu mengklarifikasi konsep diri dan hubungan denganorang lain melalui keterbukaan

- Berikan respon empati bukan simpati dan tekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada diri klien

3. Bantu klien merumuskan perencanaan yang realistik

- Bantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah

- Bantu mengkonseptualkan tujuan yang realistik.

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI ; halusinasi lihat dan dengar

Prinsip tindakan :

1. Tetapkan hubungan saling percaya dan lakukan dengan kontak sering dan singkat

2. Kaji gejala halusinasi

3. Fokus pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi

4. Tidak mendukung atau menentang halusinasi

5. Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru saja dialami

6. Dorong klien untuk mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi ( saat ini maupun yang lalu )

7. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi halusinasi

8. Hadirkan realitas

9. Gunakan bahasa yang jelas dan komunikasi secara langsung serta pertahankan kontak mata

10. Diskusikan penyebab, isi, waktu terjadi dan cara untuk memutus halusinasi

11. Berikan tugas dan aktivitas yang dapat dilakukan

12. Diskusikan manfaat dari taerapi medis dengan klien

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Prinsip Tindakan :

1. Ciptakan lingkungan yang tenang

2. Fasilitasi peralatan perawatan diri klien

3. Motivasi klien dalam melakukan perawatan diri

4. Dorong klien untuk mengungkapkan keuntungan dan manfaat dari perawatan diri

5. Beri reinforcemen positif atas tindakan klien yang mendukung ke arah perawatan diri.

PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK IN EFEKTIF

Prinsip tindakan :

1. Tingkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan terapi yang diperlukan

2. Libatkan keluarga dalam rencana perawatan klien

3. Optimalkan penggunaan sumber dan sistem pendukung